Wednesday 18 February 2009

Puyer yang bikin puyeng..

Permasalahan pemberian puyer oleh dokter kita, (kebanyakan pada balita & anak-anak) banyak diperbincangkan oleh masyarakat bahkan dari tenaga kesehatan dan farmasi sendiri memiliki pandangan masing-masin, ada yang pro dan kontra.

Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, lebih baik kita lakukan :

1. Jangan malu bertanya diagnosa dalam bahasa medis, setelah itu browsing di
internet cari informasi sebanyak-banyaknya tentang penyakit tsb

2. Tanyakan nama obatnya, kegunaan obat tersebut, dan efek sampingnya.
Usahakan, sebelum beli di apotik, browsing dulu , cari informasi apa kandungan aktif dari obat tersebut dan apa efek sampingnya.

O, ya pilih dokter yang enak buat konsultasi jangan seperti yang ditayangkan di RCTI, dokter di Cawang Jkt Timur periksa pasien maksimal 2 menit, stetoskop cuma digantung di tembok trus begitu pasien duduk langsung ditanya deh mau puyer apa kapsul? laah.. diperiksa aja nggak

Untuk pertimbangan kesehatan anak kita (krn biasanya resep untuk anak berupa puyer) kita bisa mempelajari resiko pemberian puyer :

1. Menurunnya kestabilan obat - karena obat-obatan yang dicampur tersebut punya kemungkinan berinteraksi satu sama lain.Apalagi kalau lumpangnya tidak dicuci, langsung buat numbuk resep lain..

2. Over dosis - Ada kemungkinan dokter meresepkan beberapa merek obat
yang berbeda, namun kandungan aktifnya sama.

3. Sulitnya mendeteksi obat mana yang menimbulkan efek samping - karena
berbagai obat digerus jadi satu,akan sulit untuk melacak obat mana yang
menimbulkan reaksi

4. Kesalahan dalam peracikan obat – tulisan dokter yang kurang jelas bisa dibaca keliru oleh apoteker.

5. Pembuatan puyer dengan cara digerus atau diblender, sehingga akan
ada sisa obat yg menempel di alatnya.

6. Obatnya kemungkinan sudah rusak sebelum mencapai sasaran krn proses
penggerusan. Misalkan obat yang dibuat dengan lapisan pelindung sehingga tidak hancur oleh asam lambung, karena digerus menjadi puyer maka hilanglah lapisan itu.Bisa membayangkan kalau obat tsb kena lambung yang bermasalah?

7. Proses pembuatan obat harus steril, sedangkan puyer bisa dibuat oleh dokter di tempat praktek atau di apotik yang ruangannya tidak bebas kuman


Untuk informasi, Dr. Moh Shahjahan dari WHO dalam Seminar tgl 3 Mei 2008 dengan judul Seminar dan Diskusi Pakar :Puyer,Quo Vadis?
mengatakan bahwa untuk Asian Region, cuma Indonesia yang
masih pake puyer. Bahkan Bangladesh , yang miskin itu, sudah lama meninggalkan puyer, karena dinilai terlalu banyak resikonya nya ketimbang benefitnya.Tak ketinggalan dokter Malaysia yang sudah juga meninggalkan resep puyer (RCTI, tgl 17 Feb 2009).




No comments:

Post a Comment